Alasanku Berlari Bukan Ambisi

       Bertanya pada diri yang tak pasti. Tentu aku tak bisa menjawab ribuan pertanyaan yang aku buat sendiri, aku tak tahu kenapa ini terjadi. Hanya saja mungkin karena seringnya aku terjatuh dari ribuan ambisi yang aku ciptakan sendiri. Aku hancur dari tekad yang hari demi hari terus ku bulatkan. Dan aku jatuh dari tingginya angan- anganku yang tinggi.

Kepada siapa aku harus memintai tolong ? adakah orang yang akan datang untuk menggenggam tangan lemas ini ? adakah orang yang akan merangkul hati yang kian menyerah ?

       Bersama subuh ini aku terbangun. Terbangun dari mimpi yang indah namun seolah  pahit. Aku merajut kembali harap yang kian putus. Bersama subuh ini, Ia mendinginkan otakku yang kian menggolak karena amarah akan takdir yang seolah tak berpihak. Bersama dengan subuh ini seakan ada wajah mereka yang selalu tersenyum. Aku harus bersiap untuk segera berlari menuju masa mendatang yang kian cerah ! walau aku tahu sekarang masih terlihat samar gelap, tapi bukankah itu bukan hal yang sulit bagiNya untuk mengubah suatu hal ?

       Aku sadar, yang menjadi alasanku untuk selalu berlari bukan karena tekad atau bahkan ambisi yang muncul dari diri sendiri. Jika alasanku berlari karena tekad dan ambisi keserakah diri, aku hanya akan mendapat getir.

       Dan aku harus sutuhnya sadar, aku harus berlari sekencang mungkin ! karena mereka yang selalu ada di belakangku yang menunggu sangat sabar, menunggu sangat lama, mendorong dengan sekuat tenaga, menyemangati kala aku ingin menyerah. Cepat sadarlah diri ! ada mereka yang sangat mengharapkan  untuk kembali dari kencangnya lariku, ada mereka yang harus aku temui untuk ku ucap terima kasih, ada mereka yang harus aku usap air matanya karena melihatku jatuh bangun.

       Terima kasih selalu menjadi angin segar dalam kelesuan hidup ini, terima kasih untuk selalu menguatkan diri yang rapuh ini, terima kasih karena selalu memberikan alasan untukku terus berlari, terima kasih untuk membuatku enggan untuk berhenti dan menyerah.