hakikat hidup
Hakikat Mengejar Kehidupan Dunia
Hari ini aku belajar dari seseorang di suatu majelis
ilmu yang tentu karena panggilan Allah akau bisa menghadirinya.
Hari ini pun aku mendengarkan beberapa kisah tentang
kehijrahan sikap hidup. Mereka mengalami kebingungan besar ketika dihadapkan
dengan berbagai macam pertanyaan seperti “untuk apa hidup ?”, “mau apa hidup
?”, “setelah kehidupan mau kemana ?” dan pertanyan lainya.
Hal itu pun pernah
aku alami ketika aku sedang dalam masa sangat krisis identitas. Dimana ketika
itu, aku hanya mengikuti arah gelombang dari lingkunganku berada, meski itu tak
cukup baik. Saat itu pula aku berfikir jika suatu hal yang dianggap baik adalah
yang banyak disetujui oleh orang- orang. Namun, aku tidak bernah berfikir
keras, bagaimana jika hal yang banyak disetujui rang- orang itu merupakan hal
yang sangat buruk di mata Allah ?.
Teringat oleh suatu ayat dimana menjelaskan “Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal
ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”(QS. Al Baqarah: 216)
Ampunilah hambamu ini yang penuh dengan kekhilafan, namun Engkau
senantiasa terus memberikan berbagai rahmatmu melalui berbagai sumber yang
terkadang tidak aku duga.
Kebanyakan target yang aku buat dulu adalah target
akan pencapaian hidup, aku perinci dari mulai taget besar hingga detail cara
untuk mencapai taget tersebut. Dan ketika semuanya tak tercapai, aku hanyalah
menjadi seorang manusia yang frustasi dan tidak bersyukur. Aku tidak sadar jika
keputusan itu merupakan keputusan Tuhan dan mungkin saja jalan itu tidak baik
bagiku, melainkan ada jalan lain yang lebih baik yang Allah sediakan untukku.
Hari ini aku belajar dan menyetujui jika hakikat
mengejar kehidupan dunia itu ibarat sama halnya dengan mengejar bayangan diri sendiri. Dalam
hal ini, bayangan diibaratkan kehidupan dunia.
Jika aku terus berlari maju mengejar bayanganku
(kehidupan duniawiku) maka yang aku dapat adalah kekesalan dan kelelahan karena
bayangan itu tidak dapat aku raba dan tidak juga aku rasa dan tidak mungkin aku
pegang.
Dan jika aku berjalan meninggalkannya, maka bayangan
pun akan kembali mengejarku, bukan malah
menjauhiku.
Aku semakin bingung, lantas harus bagaimana aku
menyikapi bayanganku ? bagaimana bisa aku dekat dengan bayangannya ?
Maka saat itu pula aku sadar akan suatu gerakan.
Yaitu gerakan sujud yang memposisikan kepala untuk menempel di bumi dan tubuh
yang membungkuk di hadapan sang ilahi. Dan bayangan itu pun akan bertemu dengan bayangan diri dan menempel utuh pada diri.
Dan seseorang itupun berkata “berbisiklah pada bumi,
maka langit pun akan mendengar”. Maka ketika itu aku tertegun, bahwa mungkin
aku masih merupakan orang yang kurang banyak bersujud, bersyukur dan berbisik
pada Allah melalui bumi, hingga Allah tidak mengabulkan do’aku dan menurunkan
keinginanku melalui langit.
Hingga seseorang itu pun menyampaikan suatu ayat dengan sebuah makna yang membuatku tersadar “untuk apa kau mengkhawatirkan duniamu, padahal
kehidupan duniamu sudah Aku jaminkan untukmu”.
Ya, aku seolah hanya mengejar
semua duniawiku, hanya sedikit saja waktu yang kusisihkan untuk akhiratku. Ya
Allah yang maha pengampun, maka ampunilah segala macam dosa hambamu ini.
Hakikatku hidup, hakikat manusia hidup hanyaah satu,
yaitu untuk mempersiapkan diri untuk kematian dengan beribadah kepada Allah.
Ingatlah
Allah jika ingin Allah mengingatmu, dan sekalipun engkau melupakan Allah maka
Allah akan tetap mengingatmu dengan adanya neraka. Naudzubilah himimdzalik.
Maka dari itu Ya Allah berilah hambamu ini kekuatan
agar senantiasa ingat padamu dengan mematuhi segala macam aturanmu dan memenuhi
panggilanmu, sebelum panggilan terkahir darimu datang padaku, yaitu berilah aku
kekuatan untuk memenuhi panggilan disetiap adzanmu, beri aku kekuatan untuk
memenuhi panggilan untuk haji dan umrahku dan hingga panggilan terakhimu yaitu
panggilan mautmu. Dan ketika engkau memanggilku untuk terakhir kalinya, maka panggilah
aku dalam keadaan yang sebaik- baiknya menurutmu meskipun aku hanyalah manusia
biasa, panggilah aku dalam keadaan khusnul khatimah. Amiin..